Fakta Husband Stitch: Jahitan Ekstra setelah Persalinan
Istilah husband stitch atau “jahitan suami” merujuk pada praktik kontroversial dalam dunia kebidanan, di mana dokter atau bidan memberikan jahitan ekstra pada perineum wanita setelah episiotomi atau robekan yang terjadi saat melahirkan. Jahitan ini dilakukan dengan dalih untuk membuat vagina lebih “ketat” setelah persalinan, dengan anggapan bahwa hal ini dapat meningkatkan kepuasan seksual suami. Meskipun istilah ini telah ada sejak beberapa dekade lalu, husband stitch menimbulkan banyak perdebatan dan dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak dan kesehatan wanita.
1. Apa Itu Husband Stitch?
Husband stitch adalah tambahan jahitan di perineum, area antara vagina dan anus, setelah proses persalinan. Setelah melahirkan, khususnya dalam kasus episiotomi atau robekan perineum, wanita memerlukan jahitan untuk menutup luka. Dalam beberapa kasus, dokter memberikan satu atau lebih jahitan ekstra dengan tujuan untuk memperketat area vagina, dengan asumsi hal ini akan memberikan kepuasan seksual yang lebih baik bagi pasangan pria. Sayangnya, tindakan ini sering kali dilakukan tanpa persetujuan atau pemahaman penuh dari wanita yang baru saja melahirkan.
2. Dampak terhadap Kesehatan Wanita
Banyak pakar kesehatan menyatakan bahwa husband stitch dapat berdampak negatif terhadap kesehatan wanita. Penambahan jahitan ekstra ini sering kali menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri berkepanjangan, bahkan rasa sakit saat berhubungan seksual (dispareunia). Selain itu, jaringan perineum yang terlalu kencang akibat jahitan tambahan ini bisa membuat proses penyembuhan menjadi lebih lama dan lebih menyakitkan. Beberapa wanita melaporkan bahwa rasa sakit ini bisa bertahan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah melahirkan.
3. Apakah Praktik Ini Etis?
Dari sudut pandang etika medis, husband stitch sangat diperdebatkan. Praktik ini dipandang sebagai tindakan yang merendahkan wanita karena fokusnya pada kepuasan seksual pasangan pria, bukan kesehatan dan kenyamanan wanita yang melahirkan. Tindakan ini juga melibatkan pelanggaran prinsip persetujuan yang diinformasikan, karena sering kali dilakukan tanpa sepengetahuan atau persetujuan jelas dari wanita. Hal ini membuat husband stitch dianggap sebagai tindakan yang tidak etis dan melanggar hak reproduksi wanita.